Bg

Berita - FUD -

Yang Dihadapi dalam Kesunyian: Kesetaraan untuk Anak-Anak Berkebutuhan Khusus

1 Desember 2022

Dalam ketakutan-menanti ia menyebut satu nama

Terkejut ia terduduk. Siapa memanggil itu?

Ah! Lemah lesu ia tersedu: Ibu! Ibu!

-Chairil Anwar-

Manusia terlahir dengan aneka ragam rupa dan karakter. Kebanyakan kelahiran menjadi hal yang sangat dinanti oleh para orang tua. Harapan melahirkan anak dengan rupa dan karakter yang sempurna tentu menjadi harapan manis sebagian besar orang tua. Tapi, apa itu persoalan kesempurnaan? Siapa yang menjamin manusia terlahir begitu sempurna? Seperti apa kesempurnaan? Pada akhirnya kata ‘sempurna’ hanyalah soal kesepakatan bahasa atas harapan-harapan manusia. Maka kelahiran yang tak sesuai harapan beberapa orang tua adalah kelahiran yang dianggap ‘gagal’.

Pada dunia yang terus bergerak maju baik pada ilmu pengetahuan, seni, pendidikan, dan teknologi seharusnya manusia makin terbuka untuk menerima segala perbedaan yang muncul di tengah masyarakat dan lingkungannya. Termasuk menerima perbedaan tiap-tiap rupa dan karakter anak-anak yang terlahir di dunia. Termasuk penerimaan kita pada anak-anak berkebutuhan khusus atau lebih dikenal dengan istilah ABK (Anak Berkebutuhan Khusus).

Anak-anak dengan keistimewaan ini memiliki hak yang sama dengan anak-anak lainnya. Mereka tetap memiliki hak yang sama baik pada pendidikan, kehidupan, pertemanan, dan kesejajaran sebagai manusia yang utuh. Perbedaan fisik dan pola berpikir anak berkebutuhan khusus memang sedikit menyita perlakuan ekstra dari para orang tua. Hal ini adalah usaha agar anak-anak berkebutuhan khusus tetap mampu memiliki daya hidup di tengah-tengah masyarakat.

 

Pendidikan Bina Diri

Kemudian kita akan sampai pada pertanyaan “apa yang bisa dikerjakan oleh anak-anak berkebutuhan khusus?”, jawabannya beragam dan justru kelak akan turut menghiasai beragam prestasi di negeri ini. Kemampuan setiap anak selalu bisa diasah jika didukung dengan baik, hal ini tidak hanya berlaku untuk anak berkebutuhuan khusus tapi juga bagi setiap anak di dunia. Bagi anak berkebutuhan khusus tidak ada anggapan untuk berputus asa mendukung mereka, dewasa ini sudah banyak pendidikan formal dan non-formal yang setia membantu para orang tua untuk mengenalkan pada anak-anak berkebutuhan khusus tentang bagaimana cara-cara beraktivitas sehari-hari.

Kita bisa mengambil contoh kasus dari anak berkebutuhan khusus yang memiliki kecenderungan autism, autis atau biasa disebut autism spectrum disorder adalah sebutan bagi orang-orang yang mengalami gangguan pada sistem sarafnya yang kemudian mempengaruhi perilakunya sehari-hari atau disebut juga dengan neurobehaviour. Melalui pendekatan ABA (Applied Behaviour Analysis) dan Teknik Modelling, tenaga pendidik yang ahli pada bidangnya memberikan pembelajaran dalam kelas klasikal. Selain itu juga disediakan terapi untuk menunjang keberhasilan program pendidikan atau belajar siswa.

Salah satu sekolah yang menyediakan pendidikan untuk anak-anak berkebutuhuan khusus adalah SLB Autism Mitra Ananda, sekolah ini juga memakai model pendekatan ABA dan Teknik Modelling. Kegiatan pembelajaran di sekolah tersebut dimulai dengan melatih anak untuk bisa melakukan aktivitas yang menunjang kebutuhan sehari-hari, misalnya mampu melakukan aktivitas duduk di kursi dengan baik dan tenang. Siswa juga diajarkan untuk mampu melakukan aktivitas di toilet seperti berlatih melepas pakaian atau celana dan membersihkan diri setelah buang air kecil dan besar. Selain itu siswa juga diajarkan mampu makan dengan memegang sendok secara mandiri. Pembelajaran ini adalah bentuk upaya untuk mendukung kemampuan dan potensi anak-anak berkebutuhan khusus.

Pembelajaran dalam sistem pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus ini bisa disebut dengan ‘Bina Diri’, artinya mampu mengerjakan aktivitas keseharian dengan mandiri. Jika dukungan penuh diberikan kepada mereka mulai dari dukungan untuk melakukan hal-hal kecil, maka kepercayaan diri anak-anak berkebutuhan khusus ini akan terbangun dan membantu mereka untuk mengasah potensi yang dimiliki.

Menghadapi ABK adalah Kerja-kerja Sunyi yang Panjang

Dalam mewujudkan kesetaraan dan hak yang sama bagi anak-anak berkebutuhan khusus, peran pemerintah, masyarakat, dan keluarga sangat diperlukan. Pemerintah telah mendukung adanya sekolah-sekolah yang memfasilitasi kebutuhan mandiri anak-anak berkebutuhan khusus. Namun hal ini masih perlu disebar-luaskan lagi, agar pendidikan untuk ABK dapat dijangkau dari segala segi kehidupan masyarakat, termasuk bagi masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah. Selain itu juga keberadaan sekolah yang merata hingga pelosok-pelosok daerah.

Dukungan masyarakat juga dibutuhkan, sebagai masyarakat di era ini penting untuk mengubah cara pandang pada tumbuh-kembang anak-anak. Kesadaran tentang perbedaan karakter dan kemampuan tiap anak adalah usaha yang penting untuk dilakukan. Sehingga bangsa ini tak hanya menciptakan anak-anak yang membanggakan negeri namun juga setiap masyarakat atau warga Indonesia mampu menciptakan ruang yang aman bagi setiap penghuninya, termasuk rasa aman bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Kesadaran masyarakat tentang beragam kondisi anak-anak akan mengurangi adanya perundungan yang terjadi pada anak-anak berkebutuhan khusus yang terjun di tengah-tengah masyarakat.

Kerja-kerja untuk mendukung ABK adalah kerja-kerja yang sunyi dan panjang. Tak banyak yang menyadari bahwa usaha ini membutuhkan tenaga ekstra. Tenaga pendidik yang mencurahkan waktu dan tenaganya untuk mendukung pertumbuhan ABK perlu kita dukung. Mereka bekerja dalam kesunyian masyarakat yang cenderung memiliki standar tertentu untuk menyepakati kata ‘sempurna’. Cara pandang masyarakat juga akan bergeser jika dalam lingkup kecil yaitu keluarga, mau menerima dan menyadari tentang segala perbedaan dalam keluarganya. Tak ada anak pintar atau bodoh dan tak ada anak cantik atau jelek, semua anak di bumi ini setara, memiliki hak yang sama sebagai menusia seutuhnya.

Ninda, Sragen 30 Nov 2022