Dalam beragama, kita sering menemukan ketidakseimbangan dalam pemanfaatan potensi manusia untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama. Dalam dunia modern sekarang ini, keberagamaan sering terjerembap dalam penempatan akal pikiran secara berlebihan, menggusur peranan penghayatan spiritual. Dengan kata lain, dimensi pikir telah menggusur dimensi dzikir. Kenyataan seperti inilah yang menyebabkan orang merasakan kegersangan dalam beragama. Keberagaman (tadayyun) yang benar seharusnya dapat mengakomodasi kedua dimensi tersebut secara seimbang.
Dalam konteks kehidupan masyarakat beragama yang semakin mendewasakan pikir dan kurang dalam dzikir ini, kehadiran buku karya Hakim Muda Harahap ini mempunyai arti yang sangat penting. Kerinduan orang beragama kepada dzikir di masa modern ini, di samping terobati dengan halaqah-halaqah dzikir massal, seperti menjamurnya mujahadah, istighatsah, dan semacamnya di berbagai tempat akhir-akhir ini juga dapat dipenuhi dengan ketersediaan buku-buku bacaan yang menggugah pentingnya dzikir bagi manusia (Drs. KH. A. Malik Madaniy, MA).