Bg

Berita - FUD -

FUD ADAKAN SEMINAR DIALOG ANTAR AGAMA

22 Oktober 2020

Seminar ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20 Oktober 2020 dengan mengambil tema “Dialog antar Agama”. Pada seminar ini menghadirkan 3 orang narasumber yaitu Prof. M. Ali Associate Professor of Religious Studies and Director of Middle East and Islamic Studies Program California University. Pada kesempatan ini menyampaikan tentang “DIALOG ANTARAGAMA DI ERA DIGITAL”. Narasumber menyampaikan bahwa setiap agama timbul atas pergumulan dengan agama lain. Dialog antar agama sudah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dengan Bukhaira dan Waraqah bin Naufal yang merupakan seorang pendeta. Dialog agama ini penting dilakukan karena  penting untuk memahami atau berbicara tentang agama lain. Objek dialog antar agama universal, perbedaan, jalan tengah untuk memahami ajaran-ajaran agama lain. Sebagai contoh kasus yang terjadi di Amerika antara Kristen dan Muslim secara garis besar dialog antaragama yang dilakukan membahas mengenai konfrontasi, ajakan beragama dengan baik, ingin mengetahui ajaran agama lain, dialog agama di sekolah, diskusi teologi dan partisipasi wanita dalam dialog seperti pada masalah LGBTQ. Yang terpenting dari dialog antaragama adalah mendengar, berbicara dengan baik, perbandingan agama secara ideal to ideal, pengetahuan agama lain, diallog antaragama ini tidak mengajak untuk memeluk agama lain dan tidak ada praduga terhadap agama lain.

Narasumber ke dua adalah Pdt. Dr. Lidya K. Tandirerung, M.A. adalah Ketua STT INTIM Makasar. Narasumber menyampaiakn realitas dialog agama saat ini adalah

  1. Agama dipandang sebagai sumber utama identitas dan stabilitas nasional
  2. Kerukunan sering ditegakkan dengan mengorbankan kebebasan beragama kebebasan beragama
  3. Fenomena kepentingan politik yang bertumpu pada dukungan mayoritas sehingga mengorbankan hak-hak minoritas.
  4. Kerukunan beragama memberikan implikasi kebebasan beragama berimbas dengan penegakan hukum
  5. Edukasi pluralitas dan moderasi beragama berjalan secara berkelanjutan.

Tantangan dialog lintas agama di Era Posth Truth ini ada beberapa hal antara lain adanya pergeseran nasionalisme karena sulit membedakan antara benar dan hoaks, mana realitas dan mana pencitraaan, mana yang fakta. Pada saat ini banyak fake news  digunakan sebagai alat propaganda. Adanya lapisan masyarakat Denominasionalisme vs “chruch without wall”, muallaf vs murtaddin. Transmisi lapisan nilai dialog antar agama masyarakat milenial terpecah menjadi 2 kubu yaitu agen nasionalisme/moderat/toleran dan agen partisan.

Dr. Rumadi, M.Ag. merupakan Dosen Fakultas Syariah UIN Syarif Hidayatullah dan saat inijuga menjabat sebagai staff Khusus Presiden. Hubungan antar agama sudah ada sejak zaman dahulu. Di dalam Islam ada beberapa hukum yang mengadopsi hukum yang berasal dari agama lain. Adanya trauma masa lalu tentang pergolakan antara Islam dan Kristen yaitu Perang Salib yang masih menghantui dialog antaragama. Ada 3 level dalam dialog antaragama yaitu level pertama masyarakat elit beragama. Level pertama ini adalah para pemikir agama yang akan menentukan sudut pandang para penganut agama. Level kedua adalah para misinaris agama yaitu para penyebar agama kalau di Islam ada ulama dan pendeta dikalangan Kristen. Level ini menentukan corak beragama para penganutnya. Para misonaris ini menentukan apakah umat beragama akan menjadi moderat dan toleran atau inmoderat dan intoleran. Level ketiga adalah dialog beragama untuk mewujudakan agama dalam kehidupan bernegara.