Bg

Berita - FUD -

HMPs IAT Gelar Gebyar IAT 2022 Seminar Nasional “Performa Al-Qur’an di Pondok Pesantren Indonesia”

4 Juli 2022

Gebyar IAT yang mengusung tema besar Al-Qur’an dan Kebudayaan dilaksanakan pada tanggal 27 Juni 2022. Acara yang diselenggarakan pada hari Senin tersebut sebelumnya telah mejalani serangkaian acara yang mengembangkan bakat mahasiswa khususnya dalam bidang tafsir Al-Qur’an dan Kebudayaan, yaitu lomba MTQ dan lomba esai yang diikuti oleh mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dari berbagai kampus.

Seminar yang digelar di aula Gedung Fakultas Ushuluddin dan Dakwah ini merupakan acara puncak dari serangkaian acara gebyar IAT 2022. Acara yang dipandu oleh Sahabat Muhammad Habib Imdad dan Sahabati Ayuni Indah Puspitasari ini dibuka oleh Ummul kitab dengan harapan acara tersebut berjalan dengan keberkahan Al-Qur’an. Dilanjutkan dengan pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibawakan oleh salah satu pengurus Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Sahabat Sukmadi. Tak lupa dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dipandu oleh Sahabati Dhiya Nazhifah Iftitah Rahmatika. Acara tersebut juga dibuka dengan sambutan yang disampaikan oleh ketua panitia Gebyar IAT, Muhammad Saddam Fachri Ridlo dan ketua umum HMPS IAT, Sahabat Muhamad Yasin Arif Rosyidi menyampaikan terima kasih kepada segenap tamu undangan dan peserta bahwa acara tersebut tidak akan berjalan tanpa adanya pihak-pihak yang berpartisipasi. Tak lupa beliau berdua juga memohon maaf atas kekurangan yang ada dalam seminar tersebut. Selain itu, ketua umum HMPS IAT juga menyampaikan bahwa seminar Nasional dengan tema performa Al-Qur’an di pondok pesantren Indonesia ini adalah puncak dari acara Gebyar IAT 2022. Dengan adanya tema tersebut diharapkan bahwa generasi saat ini khususnya mahasiswa IAT UIN Raden Mas Said Surakarta agar tidak melupakan bahwa Al-Qur’an dan Kebudayaan memiliki keterkaitan serta tidak lengah dalam melakukan kajian dalam bidang tersebut.

Setelah sambutan yang disampaikan sahabat-sahabat yang hebat tersebut dilanjutkan sambutan oleh Ibu Nur Laili selaku kepala Jurusan Ushuluddin dan Humaniora menyampaikan selamat dengan adanya tema yang sangat menarik. Dosen yang berkecimpung dalam dunia filsafat ini menyampaikan bahwa para filosof Indonesia telah menyatakan bahwa Al-Qur’an dan budaya memiliki keterkaitan yang sangat erat. Maka dari itu beliau selaku ketua jurusan Ushuluddin dan Humaniora menyampaikan terima kasih atas terselenggaranya acara tersebut dengan tema yang menarik. Dilanjutkan dengan sambutan oleh sekretaris jurusan Ushuluddin dan Humaniora, Bapak Tsalis Muttaqin. Beliau menyampaikan bahwa tema tersebut dapat dikaji dari segi manuskrip dan segi Al-Qur’an. Semoga dengan adanya seminar Nasional ini terdapat keberkahan bagi semua. Beliau juga melanjutkan sambutannya dengan do’a sebagai penutup dengan harapan segalanya akan berjalan dengan lancar dan berlimpah keberkahan.

Acara tersebut dilanjutkan dengan acara inti seminar Nasional “Performa Al-Qur’an di Pondok Pesantren” yang akan dipandu oleh moderator yang merupakan salah satu mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta, Sahabat Ahmad Aqiel Azkiya. Beliau menyampaikan sebagai intelektual harus meneruskan apa yang diterima dari universitas. Beliau juga menyampaikan bahwa Al-Qur’an dan Kebudayaan tidak pernah bisa dilepaskan. Beliau mengaitkan penyelenggaraan Islam di Indonesia dengan Walisongo maka  budaya tidak bisa lepas dari ajaran-ajaran Islam. Sinergitas yang ada  dalam  dua kesatuan tersebut membuat keduanya saling membangun dan berjalan beriringan. Beliau membuka dengan adanya Permasalahan pada tahun 2015 dengan adanya pembacaan ayat suci Al-Qur’an dengan nada dhandang gula. Namun banyak tokoh mufassir Indonesia membela  bapak Yasir yang membawakan ayat suci Al-Qur’an dengan nada dhandang gula. Beliau menjelaskan bahwa dalam permasalahan tersebut sebenarnya tidak salah yang terpenting adalah teknik yang benar dari segi Al-Qur’an dan corak yang dibawakan. Dalam pandangan antropologi masalah tersebut memerlukan waktu yang panjang untuk memahami dan menjabarkan masalah tersebut. Kedua hal tersebut dapat bersatu jika didasari oleh rasa toleransi antara budaya lokal dan budaya Islam.

Ibu azzah mengambil tokoh seorang Kartini yang mempunyai guru kyai Sholeh darat menyatakan bahwa Al-Qur’an dapat dipahami masyarakat biasa. Dimana Raden ajeng Kartini adalah seorang wanita Indonesia yang kental dengan budaya mengusulkan kepada kyai Sholeh darat untuk menuliskan Al-Qur’an dalam bahasa Jawa. Beliau juga memaparkan bahwa Pesantren sebagai subkultur, dimana seorang santri kebanyakan bersatu dengan masyarakat. Di mana keduanya sama-sama  memberi timbal balik. Dalam pesantren ternyata prinsip etika Jawa telah tertanam, kerukunan, hormat, keselarasan sosial. Menurut ibu azzah performa Al-Qur’an di pondok pesantren adalah pengajian tafsir, simaan, dan lain sebagainya, jadi dapat disimpulkan bahwa performa Al-Qur’an di pondok pesantren adalah segala kegiatan yang berkenaan dengan Al-Qur’an, Karena pada dasarnya orang Jawa itu menghindari perdebatan.

Berlanjut pada pemateri selanjutnya bapak KRT. Muhtarom, M. Si., M. Pd. I, ini menyampaikan bahwa Al-Qur’an dan budaya Jawa adalah anak dan orang tua. Al-Qur’an mampu mewarnai segala perbedaan-perbedaan yang ada di dalam masyarakat. Orang Jawa, cenderung religi dan agamis sebelum Islam datang orang Jawa telah berkeyakinan. Karena orang Jawa bersifat religi maka mereka banyak meyakini kekuatan supr Natural. Nilai-nilai yang dianut orang Jawa adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an. Dari banyaknya orang Jawa yang masuk Islam mereka tetap mempertahankan keaslian kebudayaan Jawa, karena pada hakikatnya budaya Jawa terkandung dalam budaya Al-Qur’an atau budaya Islam. Slametan atau syukuran dimanfaatkan oleh Walisongo sebagai sarana mengubah kemusyrikan menjadi tauhid. Dalam budaya Jawa sangat terlihat unsur keseimbangan demokrsi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam susunan tumpengpun terdapat ketauhidan yang tertera di dalamnya, setiap simbol yang ada mengandung makna yang dalam terhadap Islam. Ghaffura dalam Jawa disimbolkan sebagai gapura dimana seseorang setelah bersyahadat mendapat ampunan dan memasuki gapura sebagai simbol telah diampuninya seseorang. Setelah memasuki gapur manusia tidak bisa lepa begitu saja namun, memerlukan bimbingan berupa Hidayah yang disimbolkan dengan daun kelapa atau janur dalam bahasa Jawa.

Sebagai manusia kita tidak boleh egois karena hakiktnya agama itu untuk semua atau Rahmatallil’alamin.  Dengan masuknya Islam di Indonesia juga berdasarkan pada periodesasi inkulturasi Islam dalam budaya Jawa. Dari pemaparan kedua pemateri tersebut bahwa Al-Qur’an dan budaya sangat kental berkaitan. Di mana budaya Jawa ternyata banyak memiliki apa yang ada dalam budaya Islam. Beliau berdua memaparkan bahwasanya kebudayaan dan agama adalah pemersatu jika dipandang dari bidang keilmuan. Setelah sekian banyak ilmu yang kedua pemateri paparkan acara selanjutnya adalah pengumuman lomba MTQ dan essai. Di mana lomba essai diraih oleh UIN Walisongo, UIN Raden Mas Said Surakarta,dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedangkan juara lomba MTQ diraih oleh IAIN Kudus, Universitas Sunan Muria Kudus, dan UIN Raden Mas Said Surakarta. Semoga dengan adanya penghargaan bagi para juara dapat meningkatkan prestasi di kemudian hari. Acara demi acara telah terlampaui dan acara puncak gebyar IAT 2022 telah terlaksana dan berakhir pada pukul 13.00 WIB.