Bg

Berita - FUD -

Klinik Akreditasi Prodi KPI bersama Asesor BAN-PT

7 November 2019

Klinik Akreditasi Prodi KPI bersama Asesor BAN-PT

Yogyakarta, 4-5 November 2019. Plt Sekprodi KPI, Abraham Zakky Zulhazmi MA. Hum menghadiri Klinik Akreditasi Prodi KPI bersama Asesor BAN-PT. Kegiatan tersebut diadakan oleh Askopis (Asosiasi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri dan Swasta Se-Indonesia). Acara yang bertempat di University Hotel itu dibuka oleh ketua umum Askopis, Muhammad Zamroni M. Si.

Klinik Akreditasi mendatangkan tiga narasumber, yakni: Dr. Nawari Ismail, M. Ag (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta), Dr. Akhmad Rifa’i, M. Phill (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), Dr. Najahan Musyafak, M.A (UIN Walisongo Semarang).

Ketua umum Askopis, Muhammad Zamroni M. Si menyampaikan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk merespons perubahan yang terjadi terkait sistem akreditasi (dari 7 kriteria menjadi 9 kriteria). Selain itu juga sebagai upaya meningkatkan persiapan sejumlah prodi yang sedang menunggu waktu visitasi. Ia berharap prodi-prodi KPI dapat meningkatkan akreditasi, yang semula C menjadi B dan yang sudah B bisa mendapat A. Hal tersebut dapat dicapai salah satunya dengan “belajar bersama” di klinik akreditasi.

Sesi pertama diampu oleh Dr. Nawari Ismail, M. Ag. Ia menyampaikan materi bertajuk “Strategi Penyusunan Borang IAPS (Instrumen Akreditasi Program Studi) 4.0”. Ditegaskan oleh Dr. Nawari Ismail, M. Ag. bahwa akreditasi versi baru menitikberatkan adanya keluaran (output). Contoh dari keluaran (output) adalah karya mahasiswa, baik berupa buku (ber ISBN), tulisan di media massa (lokal/nasional) atau artikel jurnal. Sehingga mahasiswa perlu terus didorong dan didampingi untuk berkarya. Tidak hanya mahasiswa, tentu saja dosen juga dituntut melakukan hal yang sama: produktif berkarya. Dosen harus mempublikasikan artikel ilmiah di jurnal setidaknya dua artikel dalam satu tahun, menulis di media massa dan menerbitkan buku (ajar, referensi).

Selanjutnya, Dr. Akhmad Rifa’i, M. Phill meningatkan pentingnya ketelitian dalam mengisi LKPS. Sebagaimana diketahui dalam sistem akreditasi 9 kriteria dikenal adanya LKPS (Laporan Kinerja Program Studi) dan LED (Laporan Evaluasi Diri). Karena bebeda dengan sistem akreditas 7 kriteria maka perlu adanya pemahaman mendalam terhadap LKPS dan LED. Ia juga menekankan peran aktif pimpinan dalam proses akreditasi, misalnya dalam kemahasiswaan yang menjadi wilayah wakil dekan 3. Database kegiatan mahasiswa harus tersusun rapi.

Tidak jauh berbeda, Dr. Najahan Musyafak, M.A juga menyoal peran pimipinan dalam persiapan akreditasi-visitasi, dalam hal penganggaran misalnya. Menurutnya, di masa mendatang, prodi tidak lagi menjadi “ujung tombak” akreditasi. Artinya beban berat tidak lagi hanya ditanggung prodi semata, akan tetapi ditanggung bersama fakultas. Maka, peran aktif pimpinan mutlak adanya.

Dr. Najahan Musyafak, M.A juga mengungkap sejumlah persoalan akreditasi-visitasi yang kerap terjadi, yakni: kebijakan pimpinan, support anggaran, kesiapan SDM dan tim, kelengkapan data, pemahaman borang, paradigma tentang quality improvement, sense of collectivity, keterlambatan submit, status akreditasi kadaluarsa. Persoalan-persoalan tersebut sudah semestinya diantisipasi oleh prodi dan fakultas jauh-jauh hari untuk mendapat hasil optimal.

Masih menurut Dr. Najahan Musyafak, M.A tahapan yang dapat ditempuh untuk mendapat hasil akreditasi yang unggul adalah: pembentukan tim dan penanggungjawab, distribusi pekerjaan setiap standar, pengumpulan data, penyusunan berbasis tagihan, sinkronisasi data antar standar, review dan simulasi, upload dan cetak. Ia menyoroti terutama soal kerja tim, bagaimanapun tim harus solid, masing-masing individu harus paham tugas masing-masing dan menjauhi sikap egois.

Acara hari kedua (4/11) adalah klinik akreditasi. Peserta yang berasal dari pelbagai perguruan tinggi dibagi ke dalam 3 kelompok. Masing-masing kelompok diampu oleh Dr. Nawari Ismail, M. Ag, Dr. Akhmad Rifa’i, M. Phill, dan Dr. Najahan Musyafak, M.A. Tujuan pembagian kelompok adalah agar diskusi berjalan lebih efektif. KPI IAIN Surakarta berada di kelompok 1 dengan pengampu Dr. Akhmad Rifa’i, M. Phill.

Tanya jawab terjadi begitu intens. Sejumlah pertanyaan yang muncul misalnya soal pengabdian masyarakat dosen dan mahasiswa, hak paten, tingkat kepuasan mahasiswa, pelibatan mahasiswa dalam penelitian, tulisan mahasiswa di media massa dll. Di akhir acara sejumlah peserta memberikan testimoni. Salah satu narasumber merekomendasikan acara serupa perlu diadakan kembali namun berbasis wilayah (AZZ/KPI).