Bg

Berita - FUD -

Kolom Mahasiswa : Teologi Keselamatan

23 April 2019

Keselamatan selalu dikaitkan dengan teologis, bagaimana ikut sertanya peran tuhan untuk menyelamatkan, bukan karena selamat atas diri sendiri. Keselamatan yang bersifat subjektif, kini di legitimasi untuk menjadi sifat yang objektif dan menyeluruh. Seperti yang kini terjadi dilingkungan masyarakat, dimana saling mengklaim tentang keselamatan, mendebatkan keselamatan, saling menyalahkan dengan ketidaksesuaian beragama.

Seharusnya keselamatan untuk menuju tuhan tidak perlu diperdebatkan dan di salahkan. Ketika keselamatan bersifat objektif, muncul sifat dalam masyarakat seperti inklusifisme (menerima), ekslusifisme (menolak) dan pluralisme (keselamatan masing-masing).

Pdt Jarot menyampaikan banyak tentang keselamatan, kemudian forum diskusi dilanjutkan dengan pemateri ke dua, yang akan dipaparkan oleh Mario Prakoso mahasiswa AFI semester VI. Mario mengatakan tentang surga yang tidak pernah terselesaikan, kerena akal manusia tidak mampu mengimajinasikan tentang apa yang ada disurga. Berbicara Surga, yang selama ini menjadi tujuan akhir dengan kisah-kisah kehidupan yang indah. Seharusnya, manusia juga mampu berimajinasi tentang bentuk hewan yang tidak ada dibumi ini, atau berimajinasi tentang warna yang belum ada saat ini. Bisa dikatakan bahwa, surga yang nyata hanya ada di bumi, seharusnya manusia mampu dan merasakan keindahan surga yang saat ini tersedia. Pemateri menggunakan dalil Qur’an, surah Al-Baqarah:62 “sesungguhnya orang-orang Mukmin, Yahudi, Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati”, akan tetapi biasanya, dibenturkan oleh surah Al-Imran:3 “sesungguhnya agama yang diridhoi atau diterima Allah adalah Islam”. Kemudian dibenarkan dalam surah Al-Kafirun:6 “untukmu agamamu, dan untukku agamaku”. turunnya surah Al-Kafirun yang berbicara identitas tunggal, dimana manusia saling mengklaim tentang kebenaran dan keselamatan.
Maraknya klaim yang menganggap dirinya iman dan berada pada jalan keselamatan, yang selalu mengagungkan makna simbolik, belum tentu keselamatan didapatnya, karena menolak dan membenci perbedaan. Menurut pemateri jalan menuju Tuhan berbeda-beda, ada yang zig-zag dan lurus atau esoterisme.

Perdebatan dalam pembahasan akhlak dan keselamatan akan mengurangi populasi, memicu peperangan. Seharusnya manusia tidak lagi mempermasalahkan tentang akhlak dan keselamatan, karena Ilmu Aqidah berkaitan dengan Ilmu Sosial. Aqidah tidak melulu tentang hati, dimana manusia tinggi dengan imajinasi tentang surga, yang saling membenarkan diri untuk surga yang imajinasi. Seharusnya manusia mampu menggunakan akal fikiran yang ikut serta dan andil untuk social. Ketika akal dan hati menjadi singkron, tidak akan mungkin terjadi perselisihan, peperangan, bahkan saling klaim atau menganggap diri paling tepat kepada jalan keselamatan, sehingga melupakan hakikat dari keselamatan yang bersifat subjektif.

Franshobil Enggal P.

Mahasiswa Filsafat