Bg

Berita - FUD -

Seminar Konsorsium Keilmuan Dosen FUD Mendiskusikan tentang Tedhak Siten

7 Agustus 2023

FUDNews – Seminar Konsorsium Keilmuan kembali diselenggarakan pada Senin (7/08) dengan menghadirkan Krisbowo Laksono, M.Hum., yang membahas naskah akademik dengan judul “Pergeseran Sosial Makna Tradisi Tedhak Siten di Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang” di Aula FUD lantai 2.

“Kami berangkat dari kegelisahan akademik, bahwa saat ini secara sosial, ketika kita melihat kebudayaan, melihat tradisi, itu adalah identitas suatu bangsa atau identitas suatu masyarakat. Dari perjalanan langkah demi langkah di Jawa Tengah, ada yang mengganjal dari kami. Bahwa tradisi di Jawa Tengah ini agak luntur,” jelas Krisbowo Laksono.

Krisbowo juga menjelaskan bahwa riset ini membahas mengenai pergeseran sosial dari tradisi di Jawa Tengah, terutama tradisi tedhak siten. Secara umum, tradisi ini dipercaya muncul dari locus utama keraton. Tedhak siten adalah ritus atau tradisi yang dilakukan untuk anak yang mau jalan, menapaki bumi, biasanya ketika anak usia 7 lapan kalender jawa.

“Apa sih simbol-simbol atau makna dari tradisi tedhak siten, atau ada pergeseran sosial dari tradisi ini? Hal inilah yang kita kaji dalam riset tersebut dengan memakai metodologi interaksionalisme simbolik, jelas Krisbowo.

“Ternyata tradisi ini sarat akan makna lebih dalam. Kita dapat mengambil hikmah yang begitu besar,” ujar Krisbowo Laksono.

Krisbowo juga menjelaskan bahwa riset ini berlandaskan pada premis bahwa manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu bagi mereka. Di sisi lain, makna tersebut menjadi interaksi sosial seseorang dengan orang lain

“Filosofi tedhak siten, menunjukkan bagaimana orang tua selalu berkeinginan agar si anak bisa menjadi lebih baik dari orang tuanya,” jelas Krisbowo.

Pada era modern, Krisbowo menyampaikan bahwa tedhak siten saat ini berubah makna dari sakral menjadi profan, bahkan menjadi pragmatis rasional. Bentuk profan ini—masih menurut Krisbowo—menjadi upaya untuk menunjukkan status sosial bagi keluarga. Bahkan prosesi ini sudah mulai hilang semangat spiritualnya dan dilakukan lebih karena untuk menjaga gengsi kelas sosial pihak keluarga.