Bg

Berita - FUD -

Ulama dan Akademisi Harus Perkuat Lapak Digital Intelektual

8 Oktober 2020

Para ulama dan akademisi perguruan tinggi diminta untuk bergerak aktif dan serius mengisi lapak digital intelektual. “Jangan sampai media sosial digital diisi oleh cacimaki dan kebencian, jauh dari pilar-pilar keilmuan. Kami di Fakultas Ushuluddin dan Dakwah sedang menyiapkan apa yang kami sebut sebagai Intelectual Place. Orang bisa berinteraksi di lapak-lapak ilmu pengetahuan dengan mudah dengan pengisinya yang jelas sanad keilmuannya,” tegas Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta Dr. Islah, saat membuka Webinar Internasional dengan tema “Tantangan Prodi Aqidah dan Filsafat Islam Abad 21: Kajian Aqidah di Indonesia dan Thailand Era Revolusi Industri 4.0 Pada Masa Pandemi Covid-19”, yang diselenggarakan Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam IAIN Surakarta, Asosiasi Aqidah dan Filsafat Islam (AAFI) Indonesia dan The Ulama Council of Fathoni Darussalam Foundation-Thailand, Rabu 7 Oktober 2020.

Dr. Islah mengingatkan, agar dunia intelektual menginisiasi lapak intelektual. Mengingat saat ini semuanya serba google. Guru, ustad, dosen virtual itu bernama google. Harapannya agar semuanya mampu beradaptasi, gagasan mencerdaskan dan mencerahkan dapat didiseminasikan melalui media dan ruang digital/virtual. “Jangan sampai media sosial itu becek dengan hal-hal yang tidak penting, jauh dari nilai intelektual,” pintanya.

Lebih lanjut Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah tersebut mengingatkan bahwa abad 21 adalah abad digital. Dunia intelektual juga menghadapi masalah serius, yakni matinya kepakaran.  Dunia media massa telah menjadikan siapa saja menjadi seolah pakar, bebas bicara apa saja dan tentang apa saja. Ilmu-ilmu Ushuluddin selaiknya menjadi garda depan untuk mengingatkan umat manusia bahwa intelektualitas menjadi bagian penting. Keyakinan, kebenaran, dan ilmu pengetahuan harus dihasilkan dari proses secara mendalam. Filsafat, sebagai cara berpikir yang mendalam, radikal, dan substansial menjadi bagian yang tidak bisa ditawar. Di sinilah, ilmu-ilmu Ushuluddin akan selalu relevan.

Ketua Asosiasi Aqidah dan Filsafat Islam (AAFI) Indonesia, Dr. Munir menegaskan topik tentang tantangan kajian aqidah  yang diangkat dalam webinar internasional ini sangat relevan dengan Prodi Aqidah dan Filsafat Islam dan situasi saat ini. “Saat ini kita sedang menghadapi suasana pandemi, keimanan menjadi pondasi dasar untuk bersikap dan bertindak. Kita semua tentu berkewajiban terus mengingatkan dan mencerahkan umat untuk memiliki nilai keimanan dan keislaman yang kokoh. Ajaran aqidah harus terus diterjemahkan, agar dapat menjadi pandangan dunia yang kokoh dan membumi bagi banyak pihak,”tegasnya.

Tantangan kemanusiaan secara sosial dan individual sangat terasa berat. Misalnya artificial intellegence, karenanya Aqidah dan Filsafat Islam berperan penting merespon ini.  “Siapa saya? Sebagai manusia yang beriman, berkomitmen dan berakal. Prodi AFI diharapkan mampu memandu umat untuk menghadapi revolusi industri 4.0 maupun situasi pandemi seperti skrang ini. Jangan sampai dengan situasi ini, mendorong semakin banyaknya orang yang ateis. Ini tugas kita semua untuk memberikan pencerahan, agar orang beragama semakin kuat aqidahnya,” tegas dosen Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung tersebut.

Ketua Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam IAIN Surakarta, Dra. Siti Nurlaili M, M.Hum menyatakan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan Islam, lebih khusus lagi kajian aqidah Islam baik di Indonesia yang merupakan negara mayoritas Muslim, maupun di Thailand yang sebaliknya, warga Muslim sebagai minoritas.

Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut selain Dr. Munir, MA adalah dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta Dr. Imam Sukardi dan Dr. Ahmadkamae Waemusor, Wakil Ketua Jamiyah Fathoni Darussalam-Thailand dengan moderator Dr. R Lukman Fauroni.