Bg

Berita - FUD -

Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta menyelenggarakan doa tolak balak

20 Maret 2020

Jumat, 20 Maret 2020, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta menyelenggarakan doa tolak balak. Acara dilakukan secara terbatas di ruang rapat dan dihadiri para pimpinan: Wakil Dekan 1, Wakil Dekan 2, Kabag dan para Kasubag, Staf, Satpam, dan pegawai cleaning servis.

Kegiatan ini dilakukan setelah tiga hari seluruh ruangan di Fakultas Ushuluddin dan Dakwah sterilkan dan disemprot dengan cairan desinfektan. Acara ini dipimpin langsung oleh Dekan, Dr. Islah, M.Ag.

Dalam acara ini, ia meminta agar para pimpinan dan Kaprodi untuk sigap menghadapi virus Covid-19 dan mengingatkan kepada seluruh civitas akademika untuk bekerjasama menjaga kesehatan masing-masing, menghindari kerumunan, dan tidak ke luar rumah bila tidak ada acara yang penting. Ia juga meminta Prodi Psikologi Islam, Bimbingan Konseling Islam, dan Tasawuf dan Psikoterapi memberikan layanan konseling kepada masyarakat akibat trauma dan panik atas virus Corona, baik dalam bentuk infografis maupun dengan aplikasi dan media yang lain.

Dalam acara doa tolak balak tersebut, disertakan pula sajian Bubur Abang-Putih. Dalam sambutan singkatnya, Islah mengatakan bahwa bubur Abang Putih ini adalah simbol mengenai Sangkan Paraning Dumadi. Yakni Kesadaran tentang Penguasa semesta jagad raya dan pemilik semua sukma.

Dalam situasi pagebluk Corona ini, kita diharapkan berbagi dan melakukan upaya yang kongkrit dan bermanfaat, bukan justru saling silang lidah beradu tentang takdir Allah.

Kedua, bubur Abang Putih juga simbol tentang tolak balak. Para leluhur kita mengajarkan bahwa di tengah situasi krisis, manusia tak boleh individualistis tapi justru harus bersatu, berbagi dan saling tolong menolong mengatasi masalah secara bersama-sama. Sehingga kita bisa keluar dari memolo dan sengkala.

Lebih lanjut, Islah juga mengatakan bahwa ketika masjid Haram dan tempat-tempat ritual lain ditutup, selaiknya kita menyadari bahwa Tuhan bisa ditemui bukan hanya di ruang ritual yang artivisial. Tapi ia juga bisa ditemui dalam basis yang paling dalam, yaitu Kemanusiaan. Di situlah pengabdian bisa dilakukan. Di situ pula kita bisa bersujud pada-Nya. Dan dengan cara itu pulalah keasyikan para sufi bisa diteladani.

Atas nama kemanusiaan, mari kita menemukan Tuhan dengan berbagi dan menjaga keutuhan kemanusiaan kita dari ancaman virus Corona. (azk)