Bg

Berita - FUD -

Fakultas Ushuluddin dan Dakwah (FUD) Adakan Public Lecture Politik Asia-Pasific

19 Februari 2024

Fakultas Ushuluddin dan Dakwah (FUD) mengadakan acara Public lecture “Upgrading Metodologi Studi Kawasan Asia-Pasific”, pada Jum’at (16/2), di aula FUD. Narasumber dari acara ini adalah Dr. Priyambudi Sulisiyanto yang merupakan Senior Research Fellow, Monash Indigineous Studies Centre, Australia.

Acara ini dihadiri oleh Dekan FUD, Dr, Kholilulrrahman, Wakil Dekan l, Dr. Nur Kafid, Wakil Dekan lll, Dr. H. Lukman Harahap, serta tamu undangan lainnya. Dr. Nur Kafid membuka acara ini dengan menyampaikan harapan, agar kedepannya FUD mampu menempatkan kajian-kajian akademik di bidang internasional, tanpa kehilangan identitas lokal.

“Dekanat dengan senang hati berkenan menyediakan ruang transit bagi Dr. Priyambudi Sulisiyanto dalam melakukan proses riset. Selain itu, juga akan dengan senang hati apabila Dr. Priyambudi Sulisiyanto akan melibatkan mahasiswa FUD dalam risetnya,” terang Dr. Nur Kafid.

Kemudian Dr. Priyambudi Sulisiyanto menyampaikan beberapa poin penting dalam proses riset yang harus dilakukan oleh peneliti. Beberapa diantara adalah metode penelitian yang digunakan.

“Metode penelitian yang paling bagus adalah menggabungkan kesediaan kita turun ke lapangan, riset dokumen, dan wawancara. Sebelum saya bertemu dengan tokoh-tokoh yang akan diwawancara, saya melebur dulu dengan mereka. Untuk riset dokumen, saya suka mengumpulkan kliping. Lalu, merekonstruksi lagi, dengan menggabungkan hasil wawancara dan kliping-kliping tersebut,” terang Dr. Priyambudi Sulisiyanto.

Selain itu Dr. Priyambudi Sulisiyanto juga menyampaikan, ketika akan melakukan penelitian di luar negeri, penguasaan bahasa harus menjadi perhatian. Karena bahasa adalah pintu atau kunci memahami kebudayaan lain.

“Untuk upgrading ini harus memperkuat bahasa. Poin saya adalah penguasaan bahasa, minimal satu bahasa Asean harus dikenalkan di sini. Kemudian juga pentingnya koneksi, bermitra dengan kampus strategis di kawasan Asia Tenggara. Lalu harus berani membuat pusat kajiannya itu sendiri, misal pusat kajian Islam Asia Tenggara,” lanjut Dr. Priyambudi Sulisiyanto.

Selanjutnya, Dr. Priyambudi Sulisiyanto juga menyampaikan jika motivasinya menjadi peneliti sesungguhnya adalah karena rasa suka.

“Pendekatan travelling menarik buat saya, seperti Ibnu Batutah yang menjelajahi dunia selama kurang lebih tiga puluh tahun, saya akan menulis perjalanan saya mengalir seperti cerita saja. Lalu, untuk menjadi saya, satu hal yang harus ditanamkan adalah berani bertarung di luar negeri, jangan ingin pulang terus,” pungkas Dr. Priyambudi Sulisiyanto.

Kemudian Dr. Nur Kafid menutup acara ini dengan harapan bahwa diskusi ini akan menjadikan awal proses diskusi-diskisi lain bersama Dr. Priyambudi Sulisiyanto mengenai penelitian. Agar ke depannya dalam hal penelitian FUD mampu untuk jadi jago tandang tidak hanya jago kandang.